di copy paste dari
http://indocropcircles.wordpress.com/2014/07/12/tulisan-abdillah-toha-pendiri-pan/ ( Media ini sudah tidak cocok di konsumsi oleh orang banyak, Kenapa karena tidak ada warta dan artikel yang membahas kubu capres lainnya ) ( its hoak )
10 Ilusi Pendukung Prabowo
Oleh:
Abdillah Toha (Pendiri Partai Amanat Nasional)
10 alasan yang sebenarnya hanya ILUSI (khayalan/fantasi) pendukung Prabowo:
1. ILUSI PERTAMA: “Prabowo adalah pemimpin yang tegas dan berani”.
Pertanyaannya: tegas dan berani apakah harus dengan suara lantang dan menggunakan kekerasan? Terhadap siapa ketegasan itu diarahkan? Apakah terhadap rakyat sendiri yang memperjuangkan demokrasi dan hak-haknya?
2. ILUSI KEDUA: “Prabowo seorang nasionalis tulen”.
Perusahaan tambang asing akan dikuasai oleh negara. Bagaimana caranya, tidak pernah dijelaskan secara rinci.
Apakah negara akan menasionalisasikan dengan melanggar kontrak internasional dan menanggung risiko diisolasikan secara global menjadi negara pariah seperti Korea Utara?
3. ILUSI KETIGA: “Prabowo adalah seorang demokrat”.
Apakah seorang demokrat tulen akan merehabilitasi nama dan menganugerahi Suharto yang memerintah Indonesia selama 32 tahun dengan cara otoriter gelar pahlawan nasional?
4. ILUSI KEEMPAT: “Prabowo memperjuangkan aspirasi umat Islam”.
Aspirasi umat yang mana yang akan diperjuangkan? Kelompok garis keras dan gemar memaksakan kehendak atau aspirasi bagian besar umat Islam Indonesia yang cinta damai?
5. ILUSI KELIMA: ”Prabowo adalah capres pro rakyat, bukan pro bisnis”.
Bagaimana mungkin elit kaya raya, pengusaha besar, pemilik istana pribadi, adik yang konglomerat, yang tidak pernah dekat dengan rakyat kecil, bisa dipercaya sebagai pro rakyat?
Atas dasar apa kalau bukan sekadar ilusi menyatakan seseorang yang belum pernah punya rekam jejak memimpin pemerintahan sipil/birokrasi, tapi hanya sebagai seorang komandan tentara yang memerintah bawahannya bisa dianggap mampu memimpin pemerintahan sipil?
7. ILUSI KETUJUH: “Prabowo akan menciptakan pemerintah yang bersih, memberantas korupsi, dan menghilangkan kebocoran”.
Bagaimana mungkin beliau dapat melakasanakan itu ketika pencalonannya didukung oleh koalisi pimpinan parpol yang bermasalah dan berperkara?
8. ILUSI KEDELAPAN: “Prabowo adalah agen perubahan”.
Kalau benar demikian, mengapa beliau berulang kali menyatakan bahwa pemerintahan SBY berhasil dan akan melanjutkan kebijakannya?
9. ILUSI KESEMBILAN: “Prabowo tidak bisa didikte”.
Bila pernyataan ini benar, mengapa dia bersedia memberi jabatan dan apa saja yang diminta oleh partai politik yang bersedia mendukungnya? (Sebaliknya Jokowi menolak menjual kursi kepada partai yang menawarkan dukungan).
10. ILUSI KESEPULUH: “Prabowo calon presiden yang tampan dan gagah”.
Walau masalah wajah dan penampilan adalah suatu yang relatif, apakah kita akan menentukan pilihan kita atas dasar alasan yang sangat superfisial, dan apakah wajah tampan merupakan persyaratan pemimpin yang sukses?
AT 02-07-14 (sumber: Abdillah Toha@Kompasiana via: Kompas)
Menjual Agama Demi Kekuasaan
Oleh:
Abdillah Toha (Pendiri Partai Amanat Nasional)
Saya sebenarnya segan membahas topik ini. Namun karena masalahnya sudah berkembang terlalu jauh belakangan ini, saya merasa harus ikut turun rembug sebagai bagian dari tanggung jawab saya sebagai warga negara dan sebagai bagian dari muslim Indonesia.
Muslim Indonesia? Ya, muslim yang berbeda karakter dari muslim di banyak negara lain, khususnya di beberapa negara Timur Tengah yang sedang dilanda perang antar muslim demi merebut kekuasaan dan mendirikan “Islam yang murni”. Muslim Indonesia berbeda, karena kita adalah muslim yang toleran, menghargai perbedaan, serta sangat luwes dalam mengadaptasikan keislaman kita dengan kearifan lokal.
Sayang sekali karakteristik dan perilaku tasamuh muslim Indonesia yang sudah berjalan ratusan tahun ini belakangan menghadapi serangan kelompok garis keras yang sebenarnya minoritas tetapi militan, fanatik, dan agresif. Toleransi atau tasamuh dianggap sebagai tanda kelemahan.
Orang-orang ini dihinggapi penyakit kejiwaan yang bisa disebut sebagai paranoid, yakni selalu merasa ketakutan kepada segala sesuatu yang berbeda dan diluar diri atau kelompoknya. Pihak luar ini dipersepsi oleh mereka sebagai ancaman terhadap eksistensinya. Inilah kelompok yang hanya mengenal dua warna, hitam dan putih. Tidak boleh ada warna lain diantara keduanya.
Kelompok Islam garis keras ini tidak hanya terjangkit bayangan ancaman dari penganut agama lain tapi justru belakangan ini dia juga khawatir terhadap apa yang dipersepsinya sebagai ancaman atas benteng akidah mereka dari muslim sendiri yang tidak sealiran dengan mereka. Maka satu-satunya jalan adalah melakukan pre-emptive strike kepada lawannya yang dikhawatirkan akan menjadi besar bila dibiarkan.
Mereka bergerak dalam semua front, dari masjid-masjid sampai ke pengajian, selebaran, tabloid, media sosial dan bahkan ke kehidupan politik. Pukulan mereka belum sampai kepada menggorok leher lawan seperti yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah, tapi sudah dalam bentuk pengusiran dari rumah tinggal korban, ancaman pembunuhan, intimidasi, provokasi, sampai kepada penyebaran berita-berita bohong dan fitnah.
Modus operandi yang terakhir ini, penyebaran berita bohong dan fitnah, sudah diterapkan dalam kampanye pilpres kali ini dalam rangka menjauhkan konstituen muslim dari memilih lawan politik mereka. Capres Jokowi, seorang muslim yang taat, adalah salah satu korban yang dikampanye hitamkan sebagai penganut kristen dan keturunan Tionghoa yang membahayakan umat Islam Indonesia.
Yang menyedihkan adalah bahwa kampanye hitam yang sistematis ini ternyata cukup efektif. Banyak kalangan Islam yang percaya, dan yang mengherankan pula, tidak kurang dari kalangan warga muslim terdidik yang termakan oleh isu ini, walau berbagai sanggahan telah disampaikan secara lisan, tulisan, dan dalam bentuk video yang menafikan kebenaran dari tuduhan itu. (lihat video : http://m.youtube.com/watch?v=0fRJZIBDztc&sns=tw ).
Tuduhan dan sanggahan saling bergantian ini seakan membuat ramalan Amien Rais tentang “Perang Badar” dalam pilpres kali ini menjadi sebuah kenyataan. Mereka lupa akan adanya hadis Nabi yang setengah mengutuk pengkafiran sesama muslim secara tidak benar.
Muhammad SAW bersabda:
”Dan barangsiapa yang menuduh seseorang dengan panggilan “kafir” atau “musuh Allah” padahal dia tidak kafir, maka tuduhan itu akan kembali kepada penuduh”. ( Dari Abu Dzar di Shahih Bukhari)
Kasus yang mirip dengan ini pernah pula dialami oleh presiden Amerika Barack Obama yang sempat difitnah ketika menyalonkan diri sebagai presiden. Lawan politiknya, termasuk Hillary Clinton, menyebar luaskan isu bahwa Obama sesungguhnya adalah seorang Muslim yang berkehendak menguasai Gedung Putih di negeri yang mayoritas warganya beragama Kristen. Isu ini disebarkan antara lain dengan menunjuk kenyataan bahwa nama tengah Obama adalah Husein. Namun pada akhirnya Obama tetap terpilih sebagai presiden Amerika.
Inilah salah satu strategi menghalalkan cara demi memenangkan calon yang didukungnya. Inilah pula transaksi menjual agama dengan cara yang paling berbahaya demi meraih kekuasaan. Berbahaya karena isu agama adala isu sara yang sangat peka dan berpotensi memecah belah bangsa.
Bila sesungguhnya hal ini tidak dilakukan oleh tim sukses resmi capres Prabowo tapi oleh para pendukungnya yang fanatik, maka sejauh ini kita tidak mendengar pernyataan tim sukses mereka dan partai-partai Islam pendukungnya yang mengecam kampanye hitam jenis ini. Ketiadaan kritik atau kecaman itu bisa dipersepsi sebagai restu resmi atas cara-cara tidak terpuji itu.
Tulisan ini tidak bermaksud mengatakan bahwa andaikata tuduhan itu benar maka Jokowi tidak layak menduduki jabatan presiden di negeri yang mayoritas penduduknya muslim. Konstitusi kita menjamin setiap warga negara, apapun agama dan keyakinannya, hak pilih dan hak untuk dipilih dalam semua jabatan.
Tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan kita bahwa betapapun keras dan ketatnya persaingan dalam pilpres kali ini, sebagai warga negara yang bertanggung jawab kita harus tetap menjauhkan diri dari cara kampanye yang memojokkan lawan lewat disinformasi, kebohongan, apalagi fitnah.
Abdillah Toha, 22-06-2014 (sumber: Abdillah Toha@Kompasiana via: Kompas)
10 Alasan Mengapa Saya Memilih Joko Widodo
Oleh:
Abdillah Toha (Pendiri Partai Amanat Nasional)
Sebagai salah seorang pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), bersama beberapa pendiri lain serta beberapa anggota dan ex anggota PAN, saya memutuskan akan memilih calon presiden yang tidak didukung PAN pada pemilihan presiden mendatang. Paling sedikit ada 10 alasan kelebihan Jokowi yang mendasari keputusan saya tersebut.
Pertama, Jokowi tidak tercela.
Jelas dia bukan manusia sempurna, tetapi setidaknya dia tidak punya beban masa lalu yang berpotensi mengganggu tugasnya sebagai presiden. Sejauh ini dia telah terbukti jujur dan bersih, serta tulus, dan terbuka. Ditangan orang bersih seperti inilah kita seharusnya lebih memercayakan program pemberantasan korupsi yang telah menggerogoti negeri ini selama berpuluh tahun.
Kedua, Jokowi berprestasi.
Tidak diragukan lagi bahwa Jokowi telah menunjukkan prestasi kerja masa lalu (track record) yang meyakinkan. Sebagai wali kota Solo, dia adalah salah satu kepala daerah terbaik di negeri ini, bahkan mungkin di dunia.
Kepentingan rakyat didahulukan sehingga ketika terpilih kembali sebagai wali kota untuk periode kedua, dia mendapatkan dukungan tidak kurang dari 90% pemilih.
Sebagai Gubernur DKI Jakarta, walau belum sampai 2 tahun, dia telah menununjukkan hasil kerja yang bagus dengan merancang dan sekaligus mengimplementasikan beberapa program pro rakyat dengan cepat dan tanpa ragu (kartu sehat, kartu pintar, BPMKS di Solo, MRT dsb).
Ketiga, Jokowi bukan pengurus partai.
Walau dia anggota partai dan dicalonkan oleh partai, dia bukan pengurus partai< apalagi ketua umumnya. Sebagai presiden RI dia tidak akan disibukkan dengan rapat-rapat dan persoalan partai sehingga perhatiannya tidak akan terbelah dan dapat memusatkan pikirannya kepada kerja negara. Permintaan ketua umum PDIP kepadanya untuk menjadi “petugas partai” harus diartikan sebagai imbauan untuk menjalankan ideologi partai.
Keempat, Jokowi pengambil keputusan.
Gayanya yang lemah lembut mengelabui kita seakan dia seorang pemimpin yang tidak tegas. Ketegasan dalam mengambil keputusan telah sering dibuktikannya dalam possinya sebagai wali kota Solo (menolak usul pembangunan mall oleh gubernur Jawa Tengah saat itu), memberhentikan pejabat tinggi DKI yang tidak berprestasi (walikota Jakarta Selatan) dan banyak lagi. Ketegasan seseorang tidak dicerminkan oleh cara bicaranya yang keras dan meledak-ledak.
Kelima, Jokowi pluralis.
Sangatlah berbahaya bila di negeri yang sangat majemuk seperti Indonesia, kita dipimpin oleh seorang presiden yang berwatak ekslusif.
Jokowi seorang Muslim yang taat dan telah menunaikan ibadah haji serta empat kali umroh dengan biaya sendiri, tetapi juga sangat toleran terhadap mereka yang beragama dan berkeyakinan lain.
Dia telah membuktikan sebagai pemimpin pluralis yang membela dan melindungi hak minoritas (kasus lurah Susan), dan berkomitmen menjaga kebinekaan bangsa demi keutuhan NKRI.
Jokowi tidak punya program “pemurnian agama” dalam visi misinya yang berbahaya bagi persatuan bangsa.
Keenam, Jokowi bukan pedagang politik.
Walaupun dia berlatar belakang seorang pengusaha, tapi urusan kursi pemerintahan tidak diperdagangkannya. Sejak awal dia telah mengatakan bahwa prinsip koalisinya non-transaksional.
Artinya, dia tidak akan membagi-bagikan posisi kabinet hanya atas dasar garis partai tetapi mencari dan menempatkan the right man in the rght place. Ini sudah dibuktikannya ketika dia menjabat sebagai gubernur DKI dengan melelang berbagai jabatan penting di DKI.
Ketujuh, Jokowi penyelesai konflik.
Hal ini telah dibuktikannya berkali-kali baik di Solo maupun di DKI seperti dengan menyelesaikan masalah PKL di Solo serta masalah Tanah Abang dan rumah-rumah liar di DKI. Konflik kraton Surakarta yang gagal diselesaikan oleh pemerintah pusat, berhasil diselesaikannya dalam waktu beberapa bulan.
Keunggulannya terletak pada cara penyelesaian yang damai tanpa menimbulkan kerusuhan dan keresahan, karena rakyat kecil “korban” penyelesaian tidak diabaikan begitu saja tetapi ditampung atas tanggungan pemerintah. Kemampuannya di bidang ini akan dilipat gandakan dengan bantuan cawapres Jusuf Kalla yang berprestasi besar menyelesaikan masalah Aceh dan Poso.
Kedelapan, Jokowi reformis.
Sangatlah menonjol ketika belum sampai 2 tahun menjabat gubernur DKI dia telah berhasil membobol kebiasaan-kebiasaan lama birokrasi yang cenderung koruptif dan tidak efisien. Membuat KTP di DKI sekarang hanya memerlukan waktu sehari, bukan sebulan seperti sebelumnya.
Sebagai wira usahawan, cara berpikirnya segar dengan selalu mencari terobosan dan pemikiran out of the box. Bertahap tapi konsisten, rasionalisasi pegawai negeri DKI terus dilaksanakan dan disiplin ditingkatkan. Dia juga memberi suri tauladan dengan menunjukkan dirinya sebagai pekerja keras. Jokowi seorang demokrat tulen yang tidak percaya kepada keuatan uang untuk memenangkan pemilihan.
Kesembilan, Jokowi sederhana dan hemat.
Kesederhanaan dan wajah kerakyatan Jokowi tak terbantahkan dan kasat mata. Beberapa anggaran DKI yang mubazir dipotongnya sedangkan penerimaan APBD DKI melonjak drastis berkat tarnsparansi pengelolaan pajak. Dia bukan orang yang gila hormat, lebih suka bersepeda dan jalan kaki dan menolak selalu dikawal dengan vorijder. Tidak pandai berbicara tetapi santun. Bukan pendendam dan tidak pernah melayani berbagai kampanye hitam terhadapnya. Menolak menerima gaji sebagai walikota Solo dan Gubernur DKI karena sudah merasa cukup dari penghasilannya sendiri sebagai pengusaha.
Kesepuluh, Jokowi kepala keluarga sakinah.
Memimpin negara atau institusi apapun harus dimulai dengan kemampuan memimpin keluarga. Keluarga Jokowi dikenal sebagai keluarga yang bahagia. Istrinya, Iriana, seorang wanita yang sederhana dan tidak banyak menuntut serta lebih senang mengurusi urusan rumah tangga daripada ikut campur dalam urusan politik suami. Ketiga anaknya adalah anak-anak idaman setiap orang tua. Berpendidikan cukup dan yang sulung seorang pengusaha catering yang tidak mau menggantungkan sumber permodalannya dari orang tuanya.
oleh : Abdillah Toha
Pendiri dan mantan ketua Partai Amanat Nasional (PAN)
Pendiri dan mantan ketua Partai Amanat Nasional (PAN)
(sumber: Abdillah Toha@Kompasiana via: Kompas)
Pantun Rakyat untuk Jokowi
Oleh:
Abdillah Toha (Pendiri Partai Amanat Nasional)
Setelah kunanti begitu lama
Baru sekarang kau tiba
Membawa harapan tuk hari depan
Timbulkan semangat perubahan
Baru sekarang kau tiba
Membawa harapan tuk hari depan
Timbulkan semangat perubahan
Dengan bersahaja kau bicara
Niat tulusmu benahi bangsa
Yang sedang terkoyak kerakusan
Jadi mangsa srigala hutan
Niat tulusmu benahi bangsa
Yang sedang terkoyak kerakusan
Jadi mangsa srigala hutan
Asalmu jelas bahasamu lugas
Kau bagian dari rakyatmu
Bicaramu lepas niatmu ikhlas
Kau baktikan karya luhurmu
Kau bagian dari rakyatmu
Bicaramu lepas niatmu ikhlas
Kau baktikan karya luhurmu
Kau difitnah dicaci maki
Tetap tegar dan tak peduli
Kau sadar dan percaya diri
Hanya Tuhan kan balas nanti
Tetap tegar dan tak peduli
Kau sadar dan percaya diri
Hanya Tuhan kan balas nanti
Kau melihat dan merasakan
Beban berat tak tertahankan
Dipikul rakyat yang terzalimi
Oleh penjajah bangsa sendiri
Beban berat tak tertahankan
Dipikul rakyat yang terzalimi
Oleh penjajah bangsa sendiri
Kau perancang kau pekerja
Bukti nyata dimana-mana
Membongkar tradisi bermalas-malas
Membangun disiplin dalam bertugas
Bukti nyata dimana-mana
Membongkar tradisi bermalas-malas
Membangun disiplin dalam bertugas
Bukan bangsawan bukan penista
Kau bagian dari kita
Bukan penipu bukan pembual
Kau pegiat revolusi mental
Kau bagian dari kita
Bukan penipu bukan pembual
Kau pegiat revolusi mental
Kau sederhana dan pemberani
Sejahterakan rakyat selamatkan negeri
Ketika lawan bicara posisi
Kau tolak menjual kursi
Sejahterakan rakyat selamatkan negeri
Ketika lawan bicara posisi
Kau tolak menjual kursi
Bila datang saatnya nanti
Kan kuikuti hati sanubari
Pilih pemimpin berpikiran maju
Tak terbeban masa lalu
Kan kuikuti hati sanubari
Pilih pemimpin berpikiran maju
Tak terbeban masa lalu
Sembilan Juli saat beraksi
Lima tahun nasib diujung jari
Tetapkan tekad pilih yang jitu
Tinggalkan yang mengaku nomor satu
Lima tahun nasib diujung jari
Tetapkan tekad pilih yang jitu
Tinggalkan yang mengaku nomor satu
AT 30-07014 (sumber: Abdillah Toha@Kompasiana via: Kompas)
Jelas-2 Ini adalah media yang memihak salah satu capres saja dengan membuat Pencitraan.
The Article News Is The truth